Jumat, 07 Desember 2018

Atta Halilintar dan Titik Terendah Dalam Hidup


Beberapa hari terakhir ini saya sering nongkrong di sebuah akun milik The King Of Youtube Indonesia yaitu si Atta Halilintar. Dia selalu menggrebek rumah orang2 kaya dan para pemilik mobil mewah, ada yang menarik setiap saya mendengar pertanyaan yang dilontarkan kepada narasumber, pertanyaan ini selalu diajukan olehnya “Apa titik terendah Anda? Sehingga Anda bisa membeli mobil sport dan membuat rumah semewah ini?” Lalu si narasumber menceritakan kisah kelamnya, ada yang pernah ngontrak rumah sampai dorong-dorong gerobak demi mencari sesuap nasi (ini yang dialami oleh Denny Cagur). Ada juga yang sampai jadi tukang cuci mobil sampai bisa beli 16 mobil sport yang harganya diatas 10 Miliar (Ini dialami oleh Ajik Krisna, pengusaha dari Bali).

Jadi saya tertarik dengan pertanyaan yang selalu diajukan oleh Si Atta ini tentang ‘titik terendah’. What is titik Terendah? Ternyata setiap manusia mempunyai titik paling terendah dalam hidupnya, ini bisa kita artikan dengan bencana, ujian, musibah atau hidup paling miskin semiskin-miskinnya, hidup yang paling pahit sepahit-pahitnya, itu semua yang disebut dengan titik terendah, yang selalu dialami oleh (hampir) semua orang. Inti dari tulisan ini adalah, bagi siapapun Anda, yang hari ini mengalami tingkat depresi yang tinggi, stres yang berat, cobalah untuk berhusnudzon kepada perputaran alam, mungkin saat ini anda sedang berada dilokasi 'titik terendah’ dan bisa jadi besok adalah hari cerah yang lebih baik, hari dimana anda bisa menggapai puncak dari kejayaan, bukankah al-Quran mengatakan : Faa Inna Ma'al 'Usri Yusra Dibalik kesulitan (selalu) ada kemudahan.

Inilah perputaran alam, semakin kita terjerambab kedalam 'titik terendah’ semakin besar pula nikmat yang akan kita dapatkan setelahnya. Persoalannya adalah seberapa besar Anda ingin 'ditekan’ oleh Tuhan? semakin besar tekanannya, semakin besar pula lompatannya. Saya pernah mellihat (film) anak kecil yang cengeng yang setiap harinya diledek dan dibuly oleh teman2 sekolahnya, sampai ia menangis sejadi-jadinya, hari berikutnya dengan kemarahan yang meluap, si anak cengeng ini menghajar semua teman-teman sekolahnya. Jadi kita hanya butuh ‘tekanan’ untuk bisa berjuang sampai keatas. Kita hanya butuh sedikit ‘dorongan’ agar mau melangkah lebih maju. Kalau tidak bisa maju, mungkin kita butuh posisi 'titik terendah' dalam hidup.

1 komentar: