Namanya ishrof, berlebih-lebihan, agama mengajarkan kalau jadi orang jangan kemaruk, tamak, berlebih-lebihan dalam segala hal, tuhan benci mereka. Orang makan ala kadarnya saja, yang penting bisa hidup. Makanlah bila lapar, berhentilah sebelum kenyang, kurang makan juga tidak baik untuk kesehatan, banyak makan malah menyebabkan gagal organ, bau mulut, lambung, obesitas.
Kurang tertawa tidak baik untuk kejiwaan dan sosial, banyak tertawa malah mengakibatkan bocornya udara di paru-paru, pecah otot jantung, sinkop (Pingsan), maka orang tua bilang tertawa ala kadarnya saja.
Berlebih-lebihan itu penyakit Firaun dan Qorun, mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa ada kata cukup untuk dirinya. Kita harus cukup dalam segala hal, hidup tidak selamanya di dunia, umur juga ada batasnya, makan dan minum ada batasnya. Salahnya orang kadang tidak membatasi dirinya sampai lupa daratan, bekerja tak kenal waktu, tak ada ruang untuk anak istri dan cucu.
Ada waktunya kita berbenah, tidak setiap kemiskinan itu musibah, yang musibah kadang orang lupa bahwa sebenarnya dia cukup, makan cukup, tidur cukup, tapi merasa masih kurang dan kurang saja. Kaya raya itu tidak ada batasnya, bila manusia diberi satu gunung emas, maka dia akan meminta dua gunung emas, tiga, empat, lima gunung emas, tak ada yang bisa memuaskan hawa nafsunya kecuali mati, masuk liang lahat.
Kalau hidup hanya sekedar mengumpulkan harta, sampai ke Amerika pun uang di seluruh dunia tidak akan terkumpul. Hidup harus dinikmati, untuk apa uang banyak kalau istri lebih suka kelayaban ketimbang di rumah, anak lebih senang main di tetangga ketimbang kumpul keluarga.
Tidak punya uang juga berbahaya buat psikologis manusia, kalau sakit butuh biaya berobat, kalau sekolah butuh baju seragam, tidak ada yang gratis di dunia, tapi tidak semua dibeli dengan uang, kalau memang semua mencukupi untuk apa mengejar sesuatu yang bisa melenyapkan kebahagiaan diri.
Untuk apa beli mobil kalau cukup pakai motor, untuk apa KPR rumah mewah kalau rumah kuno warisan orang tua masih bagus ditinggali. Hidup sebenarnya mudah, kadang kita sendirilah yang menjadikan hidup itu sulit, suka penasaran terhadap hal-hal baru diluar diri kita, orang kota itu ke eropa untuk kerja, dibiayai perusahaan, bukan menghamburkan uang foto selfi di depan menara Eifel, pulang ke rumah menumpuklah beban dan masalah, hutang menggunung. jalan-jalan boleh saja, asal jangan bikin tetangga sebal, pinjam uang ke saudara, waktu bayar uangnya malah terkuras di eropa.
Orang cerdas itu dari hobi saja dapat duit, mereka hobi renang bikinlah wisata kolam renang, mereka hobi makan bikinlah restoran, mereka suka otomotif bikinlah bengkel aksesoris motor mobil. Kita ini untuk hobi saja malah keluar duit. Kita dikapitalisasi oleh budaya borjuis, habislah harga diri kita, musnah sudah kebudayaan dan tradisi kita, Cina dan Jepang itu negara kapitalis tapi tradisi dan budaya mereka tidak dikapitalisasi oleh jaman modernis.
Orang kaya itu sederhana, hidup ala kadarnya, yang diperbesar itu aset dan perusahaan, bukan rumah dan kemewahan, kita ini sedikit saja punya duit pipi langsung tembem perut langsung buncit, banyak makan, banyak jajan, banyak jalan-jalan, hobinya nyinyir tetangga, durhaka ke orangtua, kita ini mudah sombong, maka tuhan benci menitipkan kekayaan ke kita.
Orang tua bilang, jangan minta kaya, mintalah cukup, asal hidup bahagia, kalau hidup didesa membuat bahagia untuk apa ke kota, kalau di kota bahagia untuk apa ke eropa, yang kemaruk itu kita, selalu salah konsep, punya rumah di desa juga di kota, yang satu gak keurus malah bikin terus menerus, hidup jadi lebih sulit, cukupilah hidup ini dengan batasan batasan tertentu, tahun depan saya harus punya mobil,
ya sudah gak usah lirik tetangga lagi. Tahun depannya saya harus punya rumah, ya sudah gak usah kemaruk minta, semua ada target dan batasannya, yang mahal itu pandangan mata, mata ini selalu tidak pernah cukup melihat tetangga kaya dan kita jadi hobi kaget melihat gemerlapnya dunia.
Miskin dan kaya itu di dalam hati dan pikiran, yang salah itu penilaian kita, miskin dan kaya dinilai dari lahiriah, padahal yang kita lihat kaya sebenarnya miskin, banyak masalah, ruwet pikirannya, berantakan keluarganya, dan yang kita sebut miskin hidup tentram bahagia, anak istri sehat sentosa selamanya, makan tidur cukup walaupun di rumah kuno warisan kakek nenek.
Jangan minta kenyang, mintalah yang penting bisa makan, jangan minta tertawa yang penting bisa senang, jangan minta nyenyak yang penting bisa tidur, jangan minta kayaraya yang penting cukup harta. Jangan minta banyak yang penting bisa bersyukur. Bekerjalah seakan hidup selamanya, berdoa dan bersyukurlah seakan besok akan masuk liang lahat, boleh punya angan setinggi langit tapi tetap berpijak pada bumi. Kaya raya boleh saja, asal hidup tetap sederhana, tidak kemaruk, sombong, tamak. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar