Jumat, 03 Mei 2019

Ki Hajar Dewantara, Andrea Hirata Investasi Pendidikan dan Pendidikan Investasi


2 Mei selalu menghadirkan kesan mendalam untuk saya. Maklum, 2 Mei adalah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Sebagai seseorang yang telah lama berkecimpung di dunia pendidikan, saya merasa sudah sepatutnya merayakan tanggal 2 Mei.

Jika menelusuri jejak sejarahnya, 2 Mei sengaja dipilih sebagai Komisi Pendidikan Nasional untuk memperingati kelahiran Ki Hajar Dewantara (2 Mei 1889). Dia memang berkontribusi besar untuk meletakkan "dasar" pendidikan di negara ini. Jadi, jangan heran, kata-katanya, yaitu tut wuri handayani, diabadikan sebagai moto pendidikan nasional.

Selama hidupnya, Ki Hajar Dewantara berusaha memajukan pendidikan. Sebagai perwujudan perjuangannya, ia mendirikan Sekolah Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Sekolah itu sengaja dibangun untuk memberdayakan masyarakat setempat serta menghilangkan diskriminasi pendidikan oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Di sekolah sederhana itu, orang-orang marjinal yang sebelumnya "diabaikan" oleh Pemerintah Kolonial dalam hal pendidikan kemudian memiliki kesempatan untuk merasakan sekolah. Berkat pendidikan di sekolah, mereka mendapat banyak hal. Mereka yang buta huruf bisa membaca. Mereka yang sebelumnya gagap menulis telah dengan lancar "menuangkan" kata-kata di atas kertas.

Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan memiliki makna yang dalam. Dia sangat menyadari bahwa pendidikan tidak menjamin kemakmuran hidup seseorang, tetapi membuka kesempatan untuk "meningkatkan" standar hidup. Tanpa pendidikan yang baik, seseorang akan merasa sulit untuk berkembang, dan jika itu terjadi, tingkat kehidupannya akan sulit diangkat. Hidupnya pasti akan seperti itu terus menerus tanpa perubahan signifikan.

Karena itu, Ki Hajar Dewantara mungkin memandang pendidikan sebagai "investasi" yang penting. Investasi dengan hasil yang diperoleh dari pendidikan memang tidak segera terlihat. Butuh bertahun-tahun bagi seseorang untuk menikmati "buah" dari pendidikan yang mereka hasilkan. Ketika saatnya tiba, dia akan menerima semua "hadiah" nya.

Banyak orang yang hidupnya telah berubah berkat investasi dalam pendidikan. Salah satunya adalah Andrea Hirata. Mereka yang telah membaca novel atau menonton film tentu mengenal Andrea. Dia adalah penulis novel laris Laskar Pelangi. Dia dianggap sukses sebagai penulis karena novelnya telah diterjemahkan ke lebih dari tiga puluh bahasa, difilmkan, dan dihargai dengan berbagai penghargaan.

Di balik kesuksesan Andrea yang sebenarnya adalah orang biasa. Dia berasal dari Belitung, di daerah yang kaya akan timah, dia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya.

Masa kecil Andrea dilalui dengan sangat sederhana. Dia menghadiri Sekolah Dasar dan Menengah Muhammadiyah. Sebuah sekolah yang tidak mirip dengan "gubuk" dan hanya memiliki sedikit pendidik. Kegiatan belajar mengajar di sana jauh dari kata "kondusif".

Meski begitu, itu tidak berarti Andrea dan teman-temannya berkecil hati. Mereka masih rajin bersekolah dan belajar di bawah bimbingan Ibu Muslimah, seorang guru yang sangat sabar dan telaten dalam mendidik. Mereka menyadari bahwa pendidikan adalah investasi. Oleh karena itu, bahkan dalam situasi yang sulit, mereka masih antusias belajar.

Bertahun-tahun kemudian, investasi akhirnya terbayar. Andrea, yang hanya belajar di sekolah yang "melarikan diri" dari peta, akhirnya diterima di Universitas Sorbonne. Sejak itu, hidupnya benar-benar berubah.

Andrea, yang dulunya bukan siapa-siapa, sekarang memiliki "nama". Siapa yang akan mengira bahwa anak yang sering disebut "Ikal" ini bisa pergi ke luar negeri, menulis novel yang banyak diminati, dan menuai sukses besar? Semua itu mungkin karena "sentuhan" pendidikan. Pendidikan telah meningkatkan standar hidupnya.

Meskipun pendidikan sangat penting, sayangnya, masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan, terutama tentang materi pelajaran di sekolah. Maklum, di sekolah, siswa belajar lebih banyak tentang hal-hal yang bersifat teoritis.

Mereka sering "diberi makan" oleh berbagai konsep tanpa pernah mengetahui penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, pelajaran yang didapat kurang "membumi", kurang berpengaruh pada kehidupan mereka.

Sekolah harus mengajarkan lebih banyak tentang kecakapan hidup atau kecakapan hidup kepada siswa mereka. Pelajaran ini penting karena bisa menjadi "bekal" bagi siswa yang bersangkutan. Salah satu contoh pelajaran keterampilan hidup yang penting, tetapi jarang diajarkan di sekolah adalah pendidikan investasi.

Ketika saya masih di sekolah, guru ekonomi saya jarang menyebutkan pendidikan investasi di kelas. Dia sering meminta siswa untuk membaca buku, mengerjakan pertanyaan, dan menghafal materi pelajaran. Selama bertahun-tahun saya baru belajar itu dan itu.

Jadi, setelah lulus dari sekolah, ketika ditanya tentang investasi, saya sering menggelengkan kepala. Bagi saya, investasi adalah dunia yang sangat asing. Seperti planet di luar angkasa, investasi adalah sesuatu yang sulit untuk dijangkau oleh pikiran saya.

Setelah memasuki dunia kerja dan membaca di sana-sini, wawasan saya tentang investasi mulai terbuka. Saya belajar tentang investasi kecil, dari deposito, emas, obligasi, reksa dana, hingga saham. Kecuali properti, hampir semua dari saya pernah mengambilnya. Jadi, saya mengerti kelebihan dan kekurangan masing-masing instrumen ini.

Pelajaran investasi sebenarnya lebih saya dapatkan dari "jalanan", bukan dari sekolah. Saya hanya belajar dari buku, bertanya kepada orang lain, dan berpikir. Setelah mendapatkan pengetahuan yang cukup, maka saya mempraktikkan pelajaran tersebut. Sesimpel itu.

Tidak takut kalah? Jelas kekhawatiran pada awalnya datang "membayangi". Kerugian seringkali merupakan "momok" yang menggetarkan hati setiap investor.

Misalnya, ketika saya mencoba berinvestasi di saham untuk pertama kalinya, banyak orang di sekitar saya memperingatkan bahwa investasi saham berisiko, dan saya harus membatalkan niat berinvestasi di saham. Mereka mengatakan saya bisa kehilangan banyak jika saya berinvestasi di saham, dan akan lebih baik jika uang itu disimpan di bank. Jauh lebih aman.

Ketika saya mendengar peringatan itu, saya hanya mengucapkan terima kasih. Selebihnya, saya masih "melompat" ke dunia saham dengan membawa semua risiko dan manfaat bersama saya.

Setelah beberapa saat, saya mengetahui bahwa berinvestasi dalam saham "aman", selama kami tahu caranya. Semakin lama kita berinvestasi dalam saham, semakin aman uang kita, semakin besar manfaat potensial yang dapat diambil.

Jadi, saya sering berharap. Jika dulu guru saya mengajar pendidikan investasi di sekolah, tentu akan jauh lebih baik. Dengan mempelajarinya sejak usia dini, saya sekarang mungkin lebih terampil dalam mengelola dan mengembangkan dana yang tersedia.

Dari uraian di atas, saya ingin menyampaikan bahwa berinvestasi dalam pendidikan itu penting. Pendidikan di sekolah menawarkan banyak hal: pengetahuan, persahabatan dan pengalaman. Jadi, jangan kaget, bagi sebagian orang, dunia sekolah memiliki kesan yang mendalam.

Meski begitu, akan jauh lebih baik jika materi yang diajarkan di sekolah dilengkapi dengan pendidikan investasi. Pendidikan investasi juga perlu dipertimbangkan karena dapat menjadi "bekal" bagi siswa untuk menjalani kehidupan yang selalu berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar